Selasa, 25 Desember 2012

Isu Lilin Di Mie Instan


Isu ini ternyata itu tidak benar. Mengenai isu lilin pada mie instan, Badan POM mengatakan tidak menemukan adanya bahan tersebut. Mengenai penggunaan lilin ini pun dibantah oleh salah satu produsenmie instan di Indonesia, PT Indofood. “Geletinasasi pada mie disebabkan mie dibuat dengan pengukusan dan penggorengan. Jadi, isu lilin kan isu lama yang tidak benar,” kata Siegfried, Public Relation PT Indofood cabang Jawa Barat.
Sanggahan dari Billy N. ini membantah isu yang pernah dimuat di harian Pikiran Rakyat:

Menanggapi artikel yang ditulis oleh Bpk.Agus Rakasiwi, ‘Hindari Makan Mie Instan Setiap Hari’ di ‘PR’ hari Kamis, 2 November 2006 halaman 21 (’Kampus’). Ada beberapa kesalahan yang fatal dimuat di artikel tersebut yang dibaca oleh sangat banyak orang.
Saya tahu kalau artikel tersebut bertujuan baik, namun banyak isi artikel tersebut yang dikutip dari sumber-sumber yang tidak jelas, termasuk e-mail yang di-forward dari milis ke milis yang isinya sebagian besar adalah bohong & penulisnya tidak jelas (tergolong ’spam’), misalnya soal isu mie instan yang dilapisi lilin, padahal setahu saya, itu sama sekali tidak benar.
Kalau betul begitu, maka di air rebusan mie instan ketika dimasak akan ‘mengapung’ lilin cair. Juga, di daftar komposisi mi tidak dicantumkan apapun yang berkaitan dengan lilin.
Terlepas dari segi kesehatannya, mie instan sendiri sering menimbulkan cerita yang unik dan menarik bahkan tragis, misalnya gontok-gontokan gara-gara mi instan:

Ketua Kloter 31 SOC menceritakan pengalamannya. Saat mengambil jatah mie instan bagi kloter 31, dia melihat jemaah haji saling berebut. Lebih parah lagi, beberapa jemaah cekcok mulut dan adu fisik untuk mendapatkan mi instan. ”Saya membayangkan risiko murka Tuhan yang melihat hamba-Nya berebut mie instan di tanah haram dan mustajab di Arafah,” ujarnya.
Suasana tegang masih terus berlanjut. Saat itu, rombongan penulis sedang tafakur bersama untuk memanjatkan doa kepada Allah di tempat mustajab ini. Tak jauh dari tempat ituada kelompok jemaah haji tengah bagi-bagi mie instan, dan ternyata ada yang tidak kebagian.
Ketua rombongannya mengumumkan, siapa yang dapat jatah double harap mengembalikannya. Dosa bagi siapa saja yang mengambil jatah orang lain. Suasana seperti ini terus berlanjut hingga rebutan air panas untuk merebus mie instan.
Informasi selanjutnya juga memberikan peringatan bagi mereka yang menderita hipertensi, maag, dan autisme:

Kelemahan dari konsumsi mie instan adalah kandungan natriumnya yang tinggi. Natrium yang terkandung dalam mie instan berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1% dari bobot total mie instan per takaran saji.
Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita maag dan hipertensi. Bagi penderita maag, kandungan natrium yang tinggi akan menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresi asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung yang tinggi akan berakibat pada pengikisan dinding lambung dan menyebabkan rasa perih. Sedangkan bagi penderita hipertensi, natrium akan meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na dan K) di dalam darah dan jaringan.
Kelemahan lain mie instan adalah tidak dapat dikonsumsi oleh penderita autisme. Hal tersebut disebabkan karena mie instan mengandung gluten, substansi yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita autisme.
Mie Instan membuat kita lebih cepat lapar dari pada makan nasi:

Namun, sifat karbohidrat dalam mie berbeda dengan sifat yang terkandung di dalam nasi. Sebagian karbohidrat dalam nasi merupakan karbohidrat kompleks yang memberi efek rasa kenyang lebih lama. Sedangkan karbohidrat dalam mie instan sifatnya lebih sederhana sehingga mudah diserap. Akibatnya, mie instan memberi efek lapar lebih cepat dibanding nasi.
Dan untuk makan mie instan “dengan baik,” sebaiknya diberi lauk-pauk yang lain terutama sayuran yang berserat:

Namun, untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam tubuh, satu bungkus mie belumlah cukup. Jika melihat iklan di layar televisi, cara makan mie yang baik adalah dengan menambah menu yang berasal dari bahan dasar hewani dan sayur-sayuran berserat.
Iklan mie di layar kaca menampilkan kebiasaan orang makan mie instan dengan tambahan menu seperti ayam, ikan, telur, kangkung, wortel, dan kapri. Pada bungkus mi pun terdapat gambar penyajian mie dengan menu tadi. Lalu apakah ini sekadar menarik perhatian ? Tentu saja tidak.
Bahan dasar hewani menyediakan sumber protein, sedangkan sayur-sayuran berserat dapat menambah vitamin. Selain itu, sayuran berserat berperan pula untuk menetralisasi kandungan lemak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar