Bahan organik adalah
bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis,
yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah
yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor
biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961). Menurut
Stevenson (1994), bahan
organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam
tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan
organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus.
BAHAN ORGANIK
Bahan Organik umumnya
ditemukan di permukaan tanah, dengan jumlah yang tidak besar (sekitar 3 – 5 %),
namun pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah sangat besar. Adapun pengaruhnya
terhadap sifat-sifat tanah dan akibat terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
• Sebagai granulator
(memperbaiki struktur tanah)
• Sumber unsur hara N,
P, S, unsur mikro dan lainnya
• Menambah kemampuan
tanah untuk menahan air
• Menambah kemampuan
tanah untuk menahan unsur hara (kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi)
• Sumber energi bagi
mikroorganisme
Bahan organik dalam
tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus.
Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah
lapisan atas atau top soil.
Komposisi Biokimia
Bahan Organik
Menurut Waksman (1948)
dalam Brady (1990) bahwa biomass bahan organik yang berasal dari biomass
hijauan, terdiri dari: (1) air (75%) dan (2) biomass kering (25%).
Komposisi biokimia
bahan organik dari biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) karbohidrat (60%),
(2) lignin (25%),
(3) protein (10%),
(4) lemak, lilin dan
tanin (5%).
Karbohidrat penyusun
biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) gula dan pati (1%
-s/d- 5%),
(2) hemiselulosa (10%
-s/d- 30%), dan
(3) selulosa (20% -s/d-
50%).
Berdasarkan kategori
unsur hara penyusun biomass kering, terdiri dari:
(1) Karbon (C = 44%),
(2) Oksigen (O = 40%),
(3) Hidrogen (H = 8%),
dan
(4) Mineral (8%).
Dekomposisi Bahan
Organik
Proses dekomposisi
bahan organik melalui 3 reaksi, yaitu:
(1) reaksi enzimatik
atau oksidasi enzimatik, yaitu: reaksi oksidasi senyawa hidrokarbon yang
terjadi melalui reaksi enzimatik menghasilkan produk akhir berupa karbon
dioksida (CO2), air (H2O), energi dan panas.
(2) reaksi spesifik
berupa mineralisasi dan atau immobilisasi unsur hara essensial berupa hara
nitrogen (N), fosfor (P), dan belerang (S).
(3) pembentukan
senyawa-senyawa baru atau turunan yang sangat resisten berupa humus tanah.
Berdasarkan kategori
produk akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan organik digolongkan
menjadi 2, yaitu:
(1) proses
mineralisasi, dan
(2) proses humifikasi.
Hasil Analisis
Kandungan Hara Makro
Pupuk Organik
Hasil analisis
keragaman dari pupuk
organik secara umum
menunjukkan bahwa
terdapat interaksi
antara perlakuan jenis bahan
organik dengan jenis
dekomposer terhadap
kandungan hara pupuk
organik (Tabel 1).
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
kandungan hara makro
dari pupuk organik secara
umum memperlihatkan
adanya perbedaan untuk
masing-masing bahan
organik dengan
dekomposernya. Untuk
perlakuan bahan organik
tandan kosong kelapa
sawit dengan dekomposer
cacing tanah (TKCT)
memberikan kualitas pupuk
organik tergolong baik
dengan kandungan hara
makro: 2,03% N, 1,25%
P, 10,14% K, 6,30%
Ca, dan 4,15% M,g
dengan C/N sebesar 13,68.
Hal ini dapat terjadi
karena cacing tanah memiliki
keunggulan dalam
mendekomposisi bahan organik
tandan kosong kelapa
sawit yang banyak
mengandung selulosa dan
lignin. Cacing tanah
mempunyai kemampuan
mencerna lebih tinggi
karena cacing tanah
mampu menghasilkan enzim
lignoselulase yang
tinggi. Sedangkan bahan organik
tithonia dengan dekomposer
T. harzianum juga
menunjukkan kualitas
pupuk organik yang sangat
baik dengan kandungan
hara makro adalah: 2,51%
N, 0,71% P, 1,16% K,
3,02% Ca, dan 1,05% Mg
dengan C/N sebesar
13,49. Hal yang sama juga
ditunjukkan oleh bahan
organik jerami padi dengan
dekomposer T. harzianum
memberikan
kandungan hara makro
yang optimal yaitu sebesar:
2,03% N, 0,63% P, 2,31%
K, 1,83% K, dan 0,26%http://www.ilmutanah.unpad.ac.id/resources/penelitian-dan-publikasi/karya-ilmiah/kecepatan-dekomposisi-berbagai-macam-bahan-organik-untuk-pembuatan-bokashi-kimia-dan-kesuburan-tanah-2000.html
Mg.
Penelitian tentang
kandungan bahan organik, senyawa n-alkana, aromatik, dan total hidrokarbon
dalam sedimen di
perairan Raha, Sulawesi
Tenggara telah dilakukan pada Juni 2001. Hasilnya menunjukkan bahwa sedimen di
stasiun 1
dan 4 telah tercemar
oleh hidrokarbon minyak bumi. Hal ini tampak dari perbandingan antara F1/F2
(fraksi hidrokarbon
jenuh/fraksi
hidrokarbon aromatik) > 1. Sedangkan berdasarkan kandungan total
hidrokarbonnya, menurut kriteria dari
NAS (National Academy
of Science) hanya sedimen di stasiun 2 dan 5 yang telah tercemar oleh senyawa
hidrokarbon
minyak bumi (>100
ppm).
Sumber :