I.
PENDAHULUAN
Air
adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia
di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut
(air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di
kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan,
hujan, sungai,
muka
air tawar, danau,
uap air, dan lautan
es. Air dalam
obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan,
dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai,
muara) menuju laut.
Air bersih penting bagi kehidupan manusia.
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom
hidrogen yang terikat
secara kovalen
pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau
pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,
asam, beberapa jenis gas
dan banyak macam molekul
organik. Air
sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat
kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair
dan padat di bawah tekanan dan temperatur
standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen
(H+) yang berasosiasi (berikatan)
dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
II.
TINJAUAN TEORITIS
Pencemaran
air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan
dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau,
sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan
manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain
mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya
sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan
dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai
saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi
sebagai objek wisata. Pencemaran air merupakan masalah global utama yang
membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat
(dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah
dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan
penyakit, dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap
harinya.
III.
PEMBAHASAN DAN SOLUSI
A. PROFIL
SUNGAI PESANGGRAHAN
Panjang : 177 km
Hulu : Tanah Sareal, Bogor
Hilir : Pintu Air Cengkareng Drain, Jakarta
Panjang : 177 km
Hulu : Tanah Sareal, Bogor
Hilir : Pintu Air Cengkareng Drain, Jakarta
B. KONDISI SAAT INI
* Kualitas fisik rata-rata masih bagus.
* Kualitas kimia air sungai, khususnya untuk parameter phospat, masih berada di bawah baku mutu.
* Kualitas fisik rata-rata masih bagus.
* Kualitas kimia air sungai, khususnya untuk parameter phospat, masih berada di bawah baku mutu.
* Kandungan oksigen terlarut pada air
sungai pada bagian hulu rata-rata masih memenuhi baku mutu.
* Kandungan bacteri fecal coli dan coliform pada pemantauan 2010 ratarata telah tinggi melebihi baku mutu.
* Rata-rata konsentrasi BOD di sungai masih berada di bawah baku mutu baik.
* Rata-rata parameter COD telah melebihi baku mutu pada hulu maupun hilir.
* Di wilayah Jakarta, 70 persen aliran sungai bantarannya sudah terisi bangunan permanen. Akibatnya, daya serap air hujan berkurang dan melimpah ke sungai. Sungai Pesanggrahan tak mampu menampung beban sehingga kadang meluap dan menyebabkan banjir.
* Kandungan bacteri fecal coli dan coliform pada pemantauan 2010 ratarata telah tinggi melebihi baku mutu.
* Rata-rata konsentrasi BOD di sungai masih berada di bawah baku mutu baik.
* Rata-rata parameter COD telah melebihi baku mutu pada hulu maupun hilir.
* Di wilayah Jakarta, 70 persen aliran sungai bantarannya sudah terisi bangunan permanen. Akibatnya, daya serap air hujan berkurang dan melimpah ke sungai. Sungai Pesanggrahan tak mampu menampung beban sehingga kadang meluap dan menyebabkan banjir.
C. LUAS LAHAN KONSERVASI SANGGA BUANA:
120 hektare (40 hektare di wilayah Jakarta Selatan, sisanya Depok dan Tangerang Selatan).
120 hektare (40 hektare di wilayah Jakarta Selatan, sisanya Depok dan Tangerang Selatan).
TEMPO.CO,
Jakarta - Air di Kali Pesanggrahan telah tercemar 100 persen.
Kesimpulan itu didapat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan HSBC, Green
Radio, Sanggabuana, dan Transformasi Hijau sepanjang bulan Juni 2011.
"Sudah tidak sesuai lagi dengan baku mutu yang ditetapkan," kata
Program Manager Transformasi Hijau, Hendra Michael Aquan, Sabtu, 25 Juni 2011. Penelitian
kualitas air di Kali Pesanggrahan dilakukan di dua titik, yaitu Hutan Kota
Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat, dan Sanggabuana, Cinere, Jakarta Selatan,
dengan menggunakan tiga parameter. Pertama, parameter biologi dengan melihat
biota di air seperti kepiting, siput, dan kerang. Kedua, parameter kimia dengan
melihat tingkat nitrat amoniak, deterjen, PH (derajat keasaman), dan oksigen di
dalam air. Dan ketiga, dengan melihat kandungan logam di dalam sedimen sungai.
Seratus persen air Kali Pesanggrahan dipastikan telah tercemar zat kimia dan
logam hingga tingkat sedang. Kepastian itu didapat berdasarkan penelitian
sepanjang Juni 2011 yang dilakukan HSBC, Green Radio, Sanggabuana, dan
Transformasi Hijau. "Sudah tidak sesuai lagi dengan baku mutu yang ditetapkan,"
kata Program Manager Transformasi Hijau.
Dari hasil penelitian, diketahui status air di Kali Pesanggrahan kini masuk dalam kategori tercemar dengan tingkat pencemaran sedang. Di sana, kondisi air kali cukup kotor dengan tingkat oksigen yang rendah, yakni hanya sebesar 3,2 ppm dari tingkat normal yang sebesar 6 ppm. Temuan biota sungai hanya dua, yakni siput dan cacing. Selain itu, ditemukan juga tiga jenis logam berat, yaitu timah hitam, air raksa, dan kromium hexavalen. Menurut Hendra, kondisi kualitas air di Kali Pesanggrahan telah terdegradasi dan tidak sesuai dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Peruntukan Baku Mutu Sungai. Peraturan itu merupakan salah satu instrumen untuk menjaga kualitas air sungai agar tidak tercemar. "Kualitas air di sana sudah tidak masuk lagi dalam kategori C," ujarnya. Hasil penelitian itu telah dikukuhkan dengan penelitian laboratorium di Universitas Nasional Jakarta dan laboratorium Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta. Hasil penelitian itu pun sudah diserahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Sabtu, 25 Juni 2011, sebagai rekomendasi untuk menyelamatkan kualitas air di Kali Pesanggrahan.
Dari hasil penelitian, diketahui status air di Kali Pesanggrahan kini masuk dalam kategori tercemar dengan tingkat pencemaran sedang. Di sana, kondisi air kali cukup kotor dengan tingkat oksigen yang rendah, yakni hanya sebesar 3,2 ppm dari tingkat normal yang sebesar 6 ppm. Temuan biota sungai hanya dua, yakni siput dan cacing. Selain itu, ditemukan juga tiga jenis logam berat, yaitu timah hitam, air raksa, dan kromium hexavalen. Menurut Hendra, kondisi kualitas air di Kali Pesanggrahan telah terdegradasi dan tidak sesuai dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Peruntukan Baku Mutu Sungai. Peraturan itu merupakan salah satu instrumen untuk menjaga kualitas air sungai agar tidak tercemar. "Kualitas air di sana sudah tidak masuk lagi dalam kategori C," ujarnya. Hasil penelitian itu telah dikukuhkan dengan penelitian laboratorium di Universitas Nasional Jakarta dan laboratorium Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta. Hasil penelitian itu pun sudah diserahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Sabtu, 25 Juni 2011, sebagai rekomendasi untuk menyelamatkan kualitas air di Kali Pesanggrahan.
Berhulu
di Tanah Sareal, Bogor, Sungai Pesanggrahan mengalir jauh sam pai ke pintu air
Cengkareng Drain, Jakarta. Pada masa lalu, sungai sepanjang sekitar 177
kilometer ini digunakan sebagai jalur transportasi. Kini, kondisinya sudah jauh
berbeda. Menurut budayawan dan sejarawan Betawi Ridwan Saidi, Sungai
Pesanggrahan dijadikan jalur transportasi karena dulu memiliki badan sungai
yang lebar. Keadaannya tidak seperti sekarang ini yang menyempit. “Pesanggrahan
dulu memang jalur lintas,” kata Ridwan kepada Republika, beberapa waktu lalu. Namun,
meskipun sungai itu digunakan sebagai jalur lintas, bukanlah sebagai jalur
ekonomi. Yang sering menggunakan Sungai Pesanggrahan di masa lalu adalah
keluarga dan armada kerajaan. “Dulu itu yang sering menggunakan adalah para
pejabat Kerajaan Muara Beres yang berada di sekitar Bogor Utara atau Cibinong
dan Bojonggede saat ini,” jelas Ridwan. Untuk jalur transportasi ekonomi,
Ridwan menyebut, yang dipakai ada lah Sungai Ciliwung. Karena, sungai itu lebih
memiliki badan yang lebih lebar dibandingkan Sungai Pesanggrahan. Namun, para
keluarga dan armada kerajaan itu tak sepenuhnya menggunakan Sungai Pesanggrahan
untuk menuju laut (Jakarta). Mereka lebih memilih naik kuda jika sudah sampai
di belokan-belokan sungai.
Menurutnya,
salah satu belokan sungai yang menjadi tempat pemberhentian adalah Kampung
Karang Tengah, Lebak Bulus. Dari sana, para pejabat dan armada kerajaan ber
henti, kemudian naik kuda menuju ke wilayah laut. Ridwan meyakini, Karang
Tengah merupakan kampung yang sudah ada sejak lama. Karena, kampung di Betawi
yang menggunakan nama Karang adalah daerah-daerah tua. “Karang itu sendiri kan
berarti kampung. Nah, kalau nama wilayah yang menggunakan nama Karang, berarti
itu daerah tua,” jelasnya. Dari asal-usulnya, Ridwan meya kini bahwa Kampung
Karang Tengah, tempat permukiman konservasi Sungai Pesanggrahan saat ini,
dulunya ada peradaban. Hal ini senada dengan juga diyakini oleh Chaerudin atau
Bang Idin. “Ya, bisa saja bila dilihat dari latar belakangnya. Apalagi, di sana
kan juga ditemukan beberapa peninggalan, seperti kujang dan golok kuno,” katanya.
Rusak
sejak VOC
Sungai Pesanggrahan, menurut Ridwan, mulai mengalami kerusakan sejak VOC (perusahaan dagang Belanda) masuk ke Tanah Air dan menjadi penguasa, yaitu pada abad ke- 19. Pada era itu, para pegawai VOC melakukan penebangan kayu-kayu di bantaran Sungai Pesanggrahan. Pengrusakan itu berlangsung hingga abad ke-20. Para pejabat itu merupakan oknum-oknum pemerintahan yang korup. Mereka menggunduli hutan yang terdapat jenis kayu bayur untuk diambil dan dijual. Namun, penjualan dan hasilnya itu tak dilaporkan kepada Pemerintah Belanda. “Kayu bayur itu kan jenis yang sangat bagus untuk bangunan rumah. Mereka jual di pasar gelap. Yah, bahasa sekarangnya illegal logging,” tutur Ridwan. Akibat penggundulan hutan ter sebut, Sungai Pesanggrahan mengalami dampaknya. Yaitu, sungai menjadi dangkal dan menyempit. Selain itu, dampak lainnya juga ditimbulkan, seperti kerap terjadinya banjir. “Sejak saat itu, Sungai Pesanggrahan tak lagi digunakan sebagai jalur transportasi.”
Sungai Pesanggrahan, menurut Ridwan, mulai mengalami kerusakan sejak VOC (perusahaan dagang Belanda) masuk ke Tanah Air dan menjadi penguasa, yaitu pada abad ke- 19. Pada era itu, para pegawai VOC melakukan penebangan kayu-kayu di bantaran Sungai Pesanggrahan. Pengrusakan itu berlangsung hingga abad ke-20. Para pejabat itu merupakan oknum-oknum pemerintahan yang korup. Mereka menggunduli hutan yang terdapat jenis kayu bayur untuk diambil dan dijual. Namun, penjualan dan hasilnya itu tak dilaporkan kepada Pemerintah Belanda. “Kayu bayur itu kan jenis yang sangat bagus untuk bangunan rumah. Mereka jual di pasar gelap. Yah, bahasa sekarangnya illegal logging,” tutur Ridwan. Akibat penggundulan hutan ter sebut, Sungai Pesanggrahan mengalami dampaknya. Yaitu, sungai menjadi dangkal dan menyempit. Selain itu, dampak lainnya juga ditimbulkan, seperti kerap terjadinya banjir. “Sejak saat itu, Sungai Pesanggrahan tak lagi digunakan sebagai jalur transportasi.”
Di era
awal kemerdekaan hingga pertengahan ‘80-an, Sungai Pesanggrahan relatif masih
baik. Idin menyebutkan, pada waktu itu Sungai Pesanggrahan masih jernih. Banyak
ikan yang bisa dipancing. Di bantaran sungai pun masih banyak pepohonan. Namun,
menurutnya, semua itu berubah pada akhir ‘80-an. Sungai menjadi kotor berwarna
kehitaman. Sampah banyak bertebaran di aliran sungai sehingga menimbulkan bau
tak sedap. Pun, terjadi pendangkalan yang kerap menyebabkan banjir. Di bantaran
sungai, pohon-pohon yang masih tersisa dibabat habis. Tidak ada lagi kicau
burung yang bisa ia dengar. Sulit juga menemukan ikan yang bisa dipancing pada
waktu itu. Hal tersebut, menurutnya, karena maraknya pembangunan yang tak
mengindahkan alam. “Warga dengan seenaknya membuang sampah di sepanjang aliran
sungai.” Perilaku orang-orang di sekitarnya sangat tak bersahabat dengan alam.
Apalagi, roda pembangunan terus berjalan. Tak hanya bangunan permanen, tetapi
warga juga memiliki tanah di bantaran sungai dan menjadikannya hak milik.
Akibatnya, warga yang tak membangun rumah, cukup membangun pagar dari beton
yang menunjukkan bahwa itu adalah tanah mereka. Ada lima titik di sepanjang
aliran sungai mulai dari hulu hingga hilir yang ia jaga. Tempat pertama di
kawasan Karang Tengah, Lebak Bulus, ia namakan titik satu. Di tempat itu, luas
wilayah kerja untuk melestarikan alam adalah 120 hektare. Luas 40 hektare masuk
ke wilayah Jakarta Selatan. Sedangkan, sisanya masuk wilayah Depok dan
Tangerang Selatan.
Untuk
titik dua, masuk ke wilayah aliran Sungai Pesanggrahan yang melintasi wilayah
Cinangka, Depok. Titik tiga masuk ke wilayah Pasir Putih, Bogor. Titik Empat
masuk ke wilayah Cilebut, Bogor. Terakhir, titik lima masuk ke wilayah hulu
Sungai Pesanggrahan yang meliputi tujuh kecamatan di Bogor. Di antaranya Gunung
Bunder, Cikampak, Cimande, dan Cidahu. Di setiap titik itu, Idin merekrut para
pemuda dan orang yang berkeinginan untuk menyelamatkan lingkungan. Ia
memberikan pemahaman kepada mereka untuk aktif menyelamatkan lingkungan.
Cita-cita Idin berikutnya adalah menambah wilayah kerjanya hingga masuk ke
wilayah Sungai Pesanggrahan, wilayah tengah Jakarta hingga muara. Idin
menargetkan rencananya ter sebut tercapai pada 2014.
Pencemaran
ringan
Sungai Pesanggrahan, menurut Kabid Pelestarian dan Tata Lingkungan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Rusman E Sagala, rata-rata memiliki kualitas yang lebih baik dari sungaisungai lainnya yang ada di Jakarta. Secara keseluruhan, wilayah DKI Jakarta dilalui oleh 13 aliran sungai. “Sungai Pesanggrahan rata-rata bagus,” katanya. Berdasarkan hasil pemantauan itu, pada 2009 rata-rata Sungai Pesang grahan berstatus sebagai sungai yang memiliki tingkat pencemaran sedang (cemar sedang). Sedangkan pada 2010, Sungai Pesanggrahan men jadi satu-satunya sungai yang mem iliki status dengan tingkat pencemaran ringan (cemar ringan) dibanding sungai-sungai lain nya.
Sungai Pesanggrahan, menurut Kabid Pelestarian dan Tata Lingkungan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Rusman E Sagala, rata-rata memiliki kualitas yang lebih baik dari sungaisungai lainnya yang ada di Jakarta. Secara keseluruhan, wilayah DKI Jakarta dilalui oleh 13 aliran sungai. “Sungai Pesanggrahan rata-rata bagus,” katanya. Berdasarkan hasil pemantauan itu, pada 2009 rata-rata Sungai Pesang grahan berstatus sebagai sungai yang memiliki tingkat pencemaran sedang (cemar sedang). Sedangkan pada 2010, Sungai Pesanggrahan men jadi satu-satunya sungai yang mem iliki status dengan tingkat pencemaran ringan (cemar ringan) dibanding sungai-sungai lain nya.
Peningkatan
kualitas itu, papar Rusman, tak terlepas dari upaya yang dilakukan oleh
masyarakat seperti Idin. Upaya yang ia lakukan mampu meminimalisasi pencemaran
yang terjadi di Sungai Pesanggrahan. Pemerintah DKI Jakarta, katanya, mendukung
upaya-upaya yang dilakukan oleh Idin. Pihaknya juga mendorong
perusahaan-perusahaan yang memiliki dana CSR untuk menyalurkan bantuannya ke
sana. “Jadi, sebenarnya kelompok Sangga Buana itu kan bagian dari binaan kita
juga,” akunya. BPLHD kerap melakukan pemantauan sungai. Pada 2009 dilaku kan
pemantauan pada 67 titik dengan periode tiga kali pelaksanaan. Sedangkan pada
2010, dilakukan pemantauan pada 45 titik dengan periode lima kali pelaksanaan. Adapun
paramater yang dipantau meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi. Evaluasi
kualitas air sungai dilakukan dengan membandingkan dengan baku mutu. Selain
itu, juga dilakukan dengan metode indeks pencemar (IP) untuk mengetahui status
mutu air. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan
kondisi cemar atau kondisi baik pada sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan. Berdasarkan status mutu air
sungai, menunjukkan bahwa sungaisungai yang ada di DKI Jakarta pada pemantauan
2009 dan 2010 telah mengalami pencemaran dengan tingkat ringan sampai tingkat
tercemar berat.
Pada
2009, menunjukkan bahwa status kondisi baik sebesar nol persen, cemar ringan
tujuh persen, cemar sedang 10 persen, dan cemar berat 83 persen. Pada
pemantauan 2010, persentase indeks pencemaran adalah status kondisi baik
sebesar nol persen, cemar ringan sembilan persen, cemar sedang 20 persen, dan
cemar berat 71 persen. Kendati pencemaran di Sungai Pesanggrahan relatif lebih
baik dibandingkan sungai lainnya, an caman banjir tetap masih besar. Saat ini,
masih sering terjadi banjir di wilayah Jakarta yang disebabkan oleh meluapnya
Sungai Pesanggrahan. Misalnya saja, kawasan Cirendeu, Ciputat, Jalan Tol
Jakarta-Serpong, da n wilayah Jakarta bagian selatan lainnya. Ia memaparkan,
seluruh aliran sungai, terutama yang masuk ke wilayah Jakarta rata-rata 70
persen bantaran sungainya sudah dibangun bangunan permanen dan permukiman.
Sebanyak 45 persen ka wasan terbangun itu berada di bagian hilir, yaitu di
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, serta Kedoya dan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Banyaknya
bangunan permanen di bantaran sungai, jelas Sutopo, mengakibatkan sungai-sungai
saat ini hanya menampung 20 persen debit banjir yang ada. Hampir 70 persen air
hujan yang turun langsung jadi limpasan. Di daratan, termasuk di permukiman,
kondisi drainase juga buruk sehingga tidak bisa meng alirkan limpasan.
Akibatnya, sekitar 80 persen air menggenangi permukiman, jalanan, dan lahan
bangunan lainnya. Lebih lanjut, Sutopo mengatakan, apa yang dilakukan Idin
tidak bisa dilakukan seorang diri. Tapi, tak semua orang memiliki kesadaran
seperti Idin. Apalagi, penduduk yang sudah membangun permukiman di bantaran
sungai. “Padahal, itu kan sebenarnya dilarang undang-undang. Jarak 25 meter
lahan dari bibir sungai tak boleh mendirikan bangunan apa pun,” ujarnya.
Oleh
karena itu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk me nanggulangi bencana
banjir dari Sungai Pesanggrahan. Salah satu nya adalah setiap penduduk
membangun sumur resapan. “Nah, yang dibutuhkan oleh kawasan yang dilalui oleh
Sungai Pesanggrahan ini adalah sebanyak satu juta sumur resapan,” katanya. Selain
itu, pembangunan sumur resapan juga dikombinasikan dengan penanaman banyak
pohon seperti yang dilakukan oleh Idin. Langkah itu, di samping untuk
menyediakan lahan resapan, juga bisa membantu untuk mengantisipasi ancaman
pemanasan iklim global. “Orang-orang seperi Bang Idin inilah yang nanti akan
kita gandeng untuk membantu mengurangi dampak banjir Sungai Pesanggrahan,” kata
Sutopo menegaskan.¦ ed: subroto
PENYEBAB
Pencemaran
air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air
comberan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya
yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap
seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air
limbahnya seperti logam
berat, toksin
organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah
tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit
listrik, yang
dapat juga mengurangi oksigen dalam air. Seperti limbah pabrik yg mengalir ke
sungai seperti di sungai citarum, pencemaran air oleh sampah, Penggunaan bahan
peledak untuk menangkap ikan.
AKIBAT
Dapat
menyebabkan banjir, Erosi, Kekurangan sumber air, Dapat membuat sumber penyakit,
Tanah Longsor, Dapat merusak Ekosistem sungai, Kerugian untuk Nelayan
Sebagai
contoh pembahasan mengenai Banjir :
Banjir
kiriman dari Bogor, Jawa Barat, telah melintasi kali Pesanggrahan, Jakarta
Selatan. Pemukiman padat penduduk di Pesanggrahan mulai tergenang hingga
selutut orang dewasa. "Air banjir kiriman dari Bogor yang melintasi kali
Pesanggrahan sudah menggenangi sebagaian rumah warga di Jl. Ulujami Raya, Gang
Cendrawasih II, RT 03,14, dan 07, yang berada di RW 01, Pesanggrahan. Sejak
pukul 00.00 WIB, air setinggi lutut orang dewasa masuk rumah," kata warga
Pesanggrahan, Sholeh Muhammad, kepada detikcom, Senin (24/12/2012). Ketinggian
air yang masuk ke rumah penduduk mulai menganggu. Warga mulai mengangkat
barang-barang penting ke tempat yang lebih tinggi. Ada pun daerah yang
berpotensi terkena banjir kiriman yaitu di daerah sekitar bantaran Sungai
Ciliwung yaitu: Rawajati, Kalibata, Pengadegan, Gang Arus/Cawang, Kebon Baru,
Bukit Duri, Bidara Cina, dan Kampung Melayu.
IV.
SOLUSI SAYA
Memang
sangat memprihatikan mengenai kondisi air kali Pesanggrahan saat ini. Untuk itu
perlu adanya beberapa tindakan atau solusi” utk menghentikan pencemaran yang
ada. Berikut beberapa solusi menurut saya yang harus dilakukan :
1.
Kesadaran
masyarakat sangat penting peranannya terhadap kegiatan” yg dilakukan, jadi
tumbuhkan dlm diri bahwa kondisi lingkungan disekitar kita perlu dijaga dan
dpelihara.
2.
Stop
segala kegiatan” yg dapat menyebabkan pencemaran lingkungan seperti stop
membuang sampah kesungai.
3.
Kerja
sama warga yaitu adakan Gotong Royong setiap seminggu sekali utk membersihkan
sampah” yg ada dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar pemukiman warga.
4.
Peran
pemerintah sangat penting, utk itu adakan kerja sama antar warga dan pemerintah
kebersihan setempat utk mengadakan kegiatan pembersihan secara berkala seperti
pengerukan sampah” yg terdapat disungai-sungai.
5.
Adakan
oleh pemerintah setempat kegiatan” yg bermanfaat mengenai pengetahuan lingkungan
kepada masyarakat” seperti pelatihan pengetahuan mengenai pencemaran
lingkungan, betapa pentingnya kesadaran masyarakat utk sllu menjaga dan
memelihara lingkungan yg ada, pentingnya gotong royong agar masyarakat benar”
sadar bahwa kelangsungan hidup makhluk hidup adalah dari tercapainya suatu
lingkungan yg bersih, aman dan terhindar dari berbagai pencemaran dan polusi”.
6.
Adakan
kegiatan goo green seperti menanam pohon bagi masyarakat.
7.
Saling
mengingatkan antar warga masyarakat mengenai pentingnya kebersihan kondisi
lingkungan disekitarnya.
8.
Tumbuhkan,
ajarkan kepada anak cucu kita mengenai pentingnya kondisi lingkungan, utk
selalu menjaga dan merawatnya.
9.
Goo
Green “Selamatkan lingkungan hidup kita mulai saat ini dan seterusnya kedepan”
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa memang segala pencemaran, polusi” terjadi dan selalu
dihadapkan pada masyarakat didunia ini. Segala permasalahan tersebut memang
tidak salah di akibatkan sangat besar dari ulah tangan” jahil manusia seperti
selalu membuang sampah kesungai yg dpt mengakibatkan banjir. Kondisi ini
sungguh sangat memprihatinkan bagi kita semua. Selain akibat ulang tangan
manusia itu sendiri pencemaran ini juga diakibatkan oleh keadaan alam yg tdk
baik seperti gunung meletus, tsunami, badai silikon dll. Nah kita sebagai
manusia yg hidup disekitar lingkungan ini, hidup didunia yg fana ini sudah
saatnya kita menyadari benar” bahwa sungguh sangat penting sekali kondisi
lingkungan kita utk kelangsungan hidup kita sendiri. Mari bersama-sama kita menjaga,
memelihara serta merawat lingkungan kita yg sudah sangat meprihatinkan ini,
stop sgl kegiatan” yg dapat merusak lingkungan kita ini. Berikan tindakanmu utk
lingkunganmu utk kesejahteraan masyarakat dg lingkungan yg nyaman, aman
terbebas dari sgl permasalahan” pencemaran serta polusi”. Goo Green .
VI.
REFERENSI
Modul 1 “Manusia dan Lingkungan”
Modul 5 “Polusi Air”